Oleh karena itu, penting bagi petani untuk mengenali ancaman penyakit dan hama yang sering menyerang tanaman cabai, serta langkah-langkah pencegahannya. Nah, berikut ini ada 4 penyakit dan hama yang paling sering menyerang tanaman cabai beserta cara mengatasinya.
1. Penyakit Antraknosa
Sering dikenal dengan istilah patek, penyakit ini merupakan penyakit yang paling banyak ditemui menyerang tanaman cabai. Penyebabnya adalah jamur dari spesies Colletotrichum, seperti C. capsici, C. gloeosporioides, dan C. acutatum.Penyakit ini sering kali berasal dari benih yang sudah terkontaminasi sehingga agak sulit mendiagnosis di awal penanaman. Sebab, biasanya jamur baru ini menyerang buah cabai ketika sudah matang, menyebabkan pembusukan dengan gejala khas berupa lingkaran konsentris. Infeksi ini dikenal sebagai infeksi laten, di mana jamur tetap tidak aktif hingga buah matang karena rangsangan kandungan glukosa dalam buah.
Oleh karena berasal dari jamur jamur, penyakit ini sering mudah menyebar di musim hujan karena percikan air hujan bisa membawa spora lengketnya (konidia) ke tanaman lain.
Untuk mengurangi risiko serangan antraknosa, petani disarankan memanen buah lebih awal sebelum matang sempurna. Selain itu, penggunaan benih yang sehat dan perlakuan benih dengan fungisida juga menjadi langkah pencegahan penting.
2. Penyakit Layu Fusarium dan Layu Bakteri
Layu fusarium disebabkan oleh jamur tanah Fusarium oxysporum. Penyakit ini membuat tanaman layu, terutama saat siang hari, namun terlihat segar kembali di sore hari. Ada juga gejala lain, yaitu saat batang tanaman dipotong, akan terlihat busuk di bagian dalamnya. Untuk mencegahnya, petani bisa menerapkan aplikasi Trichoderma atau dengan menggunakan fungisida yang dosisnya sesuai.Sementara itu, layu bakteri disebabkan oleh Ralstonia solanacearum. Gejalanya mirip dengan layu fusarium, tetapi daunnya tetap hijau. Penyakit ini menyumbat jaringan pembuluh tanaman sehingga menyebabkan kelayuan mendadak. Jika pangkal batang dipotong, akan keluar lendir putih susu (ose).
Karena disebabkan oleh bakteri, penggunaan bakterisida tidak disarankan untuk menghindari resistensi yang berbahaya bagi manusia. Sebagai gantinya, petani perlu menjaga kebersihan lahan dan menggunakan varietas tahan penyakit.
3. Hama Lalat Buah
Lalat buah dari genus Bactrocera sering menyerang buah cabai yang menyebabkan pembusukan dan adanya belatung. Serangannya dilakukan oleh lalat betina dengan cara menusukkan ovipositornya ke dalam buah untuk bertelur yang kemudian berkembang menjadi larva. Dari sanalah bisa muncul belatung hingga membuat cabai membusuk.Untuk mengendalikannya, petani dapat menggunakan perangkap feromon seks yang dicampur insektisida dan diletakkan di tengah kebun. Namun, penting untuk diingat bahwa resistensi insektisida dapat terjadi sehingga metode pengendalian perlu divariasikan.
4. Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV)
Penyakit dari virus ini ditularkan oleh kutu kebul (Bemisia tabaci). Gejalanya tanaman yang terinfeksi di usia muda biasanya tidak akan berbuah.Virus ini bisa memanipulasi kutu kebul. Mulanya, kutu kebul memiliki kecenderungan hinggap pada tanaman sehat setelah terkontaminasi virus, tapi kemudian ia bisa mengubah seleranya dengan memakan tanaman yang buruk. Siklus yang anomali ini membuat petani wajib melakukan pengawasan intensif di lahan.
Cara mengatasi penyakit ini cukup menantang, sebab virus bukanlah makhluk hidup sehingga pengendalian langsung terhadap virus tidak memungkinkan. Namun, petani bisa memfokuskan pengendalian pada vektor kutu kebul. Jika kutu kebul masih dalam jumlah kecil, tanaman yang terinfeksi sebaiknya segera dicabut untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Mengenali dan mengantisipasi serangan penyakit serta hama pada tanaman cabai adalah langkah penting untuk memastikan hasil panen yang optimal. Antisipasi yang perlu dilakukan adalah ketika memilih benih, sebab tidak sedikit penyakit muncul sejak fase tersebut. Kemudian, jangan lupa perhatikan sanitasi lahan. Jika ada tanaman yang terkena penyakit, sebaiknya segera dicabut dan dijauhkan dari lahan agar tidak menular.