Tips Tani
3 Penyakit dan Hama pada Bawang Merah, Bagaimana Mencegahnya?
Published on
blog-post-image-1
Sebagai salah satu komoditas penting di Indonesia, bawang merah menjadi sumber penghidupan bagi banyak petani. Namun, budidaya bawang merah tidak selalu berjalan mulus. Berbagai penyakit dan hama seringkali menyerang tanaman ini, mengancam produktivitas dan kualitas hasil panen. Jika tidak ditangani dengan baik, ancaman ini dapat berujung pada kerugian besar bagi para petani.

Memahami jenis-jenis penyakit dan hama yang menyerang bawang merah sangat penting untuk menentukan langkah pencegahan dan penanganan yang efektif. Apa saja itu? Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!

1. Fusarium (Penyakit Moler)

Fusarium atau yang lebih dikenal dengan penyakit moler pada bawang merah disebabkan oleh infeksi jamur. Salah satu gejala utamanya adalah daun tanaman yang melingkar, menandakan bahwa sistem perakaran terganggu. Penyakit ini sering muncul akibat kondisi tanah yang kurang baik atau benih yang tidak sehat. Fusarium juga memiliki sifat tular benih sehingga sangat penting untuk memilih benih berkualitas dan melakukan perlakuan benih sebelum penanaman.

Pencegahan penyakit moler dapat dilakukan dengan merendam benih dalam larutan fungisida selama 15–30 menit sebelum tanam. Selain itu, sanitasi lahan seperti membuang sisa tanaman yang terinfeksi juga penting untuk mengurangi sumber inokulum yang dapat menyebar ke tanaman lainnya.

2. Ulat Grayak (Spodoptera sp.)

Hama ulat grayak, terutama spesies Spodoptera exigua dan Spodoptera litura, menjadi ancaman besar bagi daun bawang merah. Ulat ini dikenal sangat rakus dan dapat membuat daun gundul dalam waktu singkat.

Selain itu, ulat grayak memiliki sifat kanibal, pertumbuhan yang cepat, dan telur yang sangat kecil, sehingga sulit dideteksi sejak dini. Ulat ini juga mampu bertahan di dalam tanaman untuk menghindari semprotan insektisida.

Pengendalian ulat grayak memerlukan pendekatan yang sistematis. Petani dapat menggunakan insektisida sistemik yang diserap oleh tanaman dan disirkulasikan ke seluruh bagian tanaman, sehingga lebih efektif dalam mengendalikan hama yang tersembunyi. Selain itu, metode lain seperti pemasangan perangkap cahaya (light trap) juga efektif untuk menarik imago (ngengat) ke baskom berisi air sabun atau insektisida.

Cara biologis, seperti penggunaan virus NPV (Nucleopolyhedrosis virus), juga dapat diterapkan meskipun ketersediaannya terbatas. Secara alami, parasitoid seperti tawon juga dapat membantu mengendalikan populasi ulat grayak.

3. Alternaria Porri (Bercak Kumuh)

Penyakit bercak kumuh disebabkan oleh jamur Alternaria porri. Gejala utamanya adalah munculnya bercak berbentuk seperti diamond pada daun. Penyakit ini menyebar melalui angin dan percikan air, serta memiliki sifat tular benih dan tular udara. Jika pestisida yang digunakan tidak tepat, penyakit ini justru dapat menyebar lebih luas.

Untuk mencegah bercak kumuh, petani harus memastikan benih yang digunakan sehat dan telah melalui perlakuan benih dengan fungisida atau bahan organik seperti kirtosan. Diagnosis yang tepat sangat penting untuk menentukan tindakan pengendalian yang sesuai. Selain itu, pemantauan berkala terhadap kondisi lahan juga diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit ini.

Pencegahan dan penanganan lanjutan supaya tanaman bawang merah lebih subur

Kesalahan diagnosis sering menjadi kendala dalam pengendalian penyakit dan hama pada bawang merah. Minimnya pengetahuan saintifik di kalangan petani kadang membuat langkah pengendalian yang diambil kurang efektif. Di antaranya adalah penggunaan pestisida secara berlebihan yang masih menjadi masalah umum. Kebiasaan ini justru dapat memperburuk kondisi lahan dan mengurangi efektivitas pengendalian hama.

Pendekatan yang ideal adalah menerapkan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT), di mana petani menjadi ahli di lahannya sendiri. Dengan mengenali jenis hama dan penyakit yang menyerang, petani dapat menentukan pestisida yang tepat serta menggunakan metode pengendalian yang bijaksana. Sanitasi lahan juga menjadi kunci penting, termasuk membuang sisa tanaman yang sakit dan memastikan kebersihan lahan setelah panen.

Selain itu, penting untuk melakukan rotasi tanaman dan memilih waktu tanam yang tepat untuk menghindari puncak siklus hama. Penggunaan benih berkualitas dan perlakuan awal seperti perendaman dengan trikoderma juga dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.
Written by
Nara Khaira
linkedin-logo
facebook-logo
twitter-logo
telegram-logo
whatsapp-logo
clipboard-logo
Related Articles
The latest industry news, interviews, technologies, and resources.
Tips Tani
Penyakit dan Hama yang Sering Menyerang Tanaman Cabai, Petani Harus Tahu!
08 Jan 2025
Empat buah cabai merah besar di tangan petani
Tips Tani
6 Langkah Persiapan Lahan untuk Menanam Cabai
13 Dec 2024
Petani sedang memetik cabai hijau.